Sistem imun manusia pdf




















Log in with Facebook Log in with Google. Remember me on this computer. Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link. Need an account? Click here to sign up. Download Free DOC.

Download Free PDF. A short summary of this paper. Moesijanti Y. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam melengkapi bahan materi untuk mata kuliah Imunologi Pangan. Makalah ini berisi tentang bagaimana suatu sistem imun bekerja dan membentuk kekebalan tubuh bahkan pada penyusun sistem imun itu sendiri.

Ulasan yang kami sediakan ini semoga dapat menambah wawasan sehingga memperjelas pembahasan materi. Kami mengambil sumber dari buku-buku, internet, serta dan lain-lain. Dengan tersusunnya makalah ini kami harap, makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu DR. Soekatri,MCN selaku dosen pembimbing mata kuliah Imunologi Gizi atas bimbingannya selama ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan serta saran demi terselesaikannya makalah ini.

Makalah kami masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu kami dalam memperbaiki makalah selanjutnya. Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup…………………………………………………………………. Cara Kerja Imun sebagai Suatu Sistem……………………………………….. Fungsi Sistem Imun……………………………………………………………26 2. Struktur Immunoglobulin………………………………………………………27 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun…………………………… Latar Belakang Setiap saat tubuh kita dikelilingi oleh berbagai bahan organik dan anorganik yang dapat masuk kedalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit dan kerusakan jaringan.

Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan dari dalam tubuh. Itu sebabnya seseorang harus mempunyai sistem imun yang baik untuk melindungi tubuh dan mempertahankan keutuhan tubuh terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup maupun oleh tubuh itu sendiri.

Berbagai cara diusahakan orang untuk meningkatkan sistem imunnya, diantaranya dengan mengkonsumsi berbagai vitamin dan suplemen kesehatan. I Made Budi mengatakan bahwa masyarakat di Papua terutama di wilayah Pegunungan Jayawijaya, memanfaatkan Buah Merah Pandanus conoideus Lam sebagai sumber pangan sehari-hari dan mereka memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik dibandingkan wilayah lainnya.

Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, karena banyak faktor yang mempengaruhi sistem imun seseorang, antara lain, faktor genetik, usia, dan faktor nutrisi. Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistem imun yaitu limfosit, baru kemudian melibatkan berbagai jenis sel sistem imun. Limfosit dapat dipacu menjadi aktif oleh antigen atau mitogen. Kemampuan sistem imun untuk melaksanakan fungsi protektif secara optimal antara lain bergantung juga pada kecepatan sel limfosit spesifik berproliferasi.

Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud sistem imun dan seberapa luas ruang lingkupnya? Bagaimana sistem imun bekerja sebagai suatu sistem? Berapa banyak jenis imunitas yang ada dalam tubuh manusia? Bagaimana fungsi masing-masing sistem imun dalam tubuh manusia? Bagaimana struktur imunoglobin? Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi sistem imun? Pendahuluan Pada sudut pandang mikroba, tubuh manusia merupakan tempat sempurna untuk hidup.

Awalnya, asosiasi mikroba dan jaringan inang bersifat baik, tetapi jika terdapat luka pada jaringan, maka mikroba dapat tersebar ke seluruh jaringan dan organ inang, sehinga mikroba yang semula baik menjadi bersifat merugikan bagi manusia. Untuk dapat menahan penyebaran mikroba, maka organisme tingkat tinggi seperti manusia dan hewan mengembangkan sistem imun. Bagian penting pada sistem imun adalah mampu membedakan antara benda diri sendiri dan benda asing.

Jika sistem imun gagal menjalankan fungsi ini, maka kejadian buruk menimpa inang, termasuk penyakit autoimun bahkan kematian. Namun pada tingkat molekuler perbedaan itu tidak tampak jelas. Sistem imun manusia terdiri atas populasi sel-sel limfosit yang secara kolektif mampu merespons dan membedakan makromolekul-makromolekul yang berasal dari diri sendiri maupun dari patogen.

Respon imun terhadap mikroorganisme dibagi menjadi dua sistem umum yaitu imunitas bawaan alami dan imunitas adaptif spesifik, diperoleh. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh Dalam pengertian yang paling luas, imunologi mengacu pada semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi ancaman infasi asing.

Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1. Pembentuk kekebalan tubuh. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Gelanggangan pertarungan anatomis bagi sistem pertahanan itu mencakup pembuluh-pembuluh limfe berspons, sel-sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus.

Respons imun itu seluruhnya diperantarai oleh dua sel limfosit: limfosit-T dan limfosit-B. Kedua jenis sel tersebut berasal dari sel-sel limfositik di sumsum tulang : sel-sel itu lalu diproses Limfosit T di timus dan limfosit B di sumsum tulang dan pada akhirnya menetap dalam jaringan-jaringan limfoid.

Saat terjadi respon imun terhadap agen- agen asing, limfosit B terutama terlibat dalam pembentukan protein-protein globular yang disebut antibodi : proses tersebut disebut respon humoral. Pada tipe respon imun yang kedua, respon yang diperantarai sel cell mediated response , limfosit T menginisiasi serangan oleh berbagai tipe sel terhadap sel-sel asing.

Pada kedua tipe respon tersebut, entitas penyerangan dikenali melalui antigennya. Antigen biasanya terdiri atas protein-protein, polisakarida—polisakaida besar atau lipoprotein-ipoprotein besar. Antigen seringakali ditemukan dipermukaan organisme uniseluluer. Di dalam tubuh, terdapat antibodi spesifik bagi nyaris semua antigen. Karakteristik Sistem Imun : 1. Spesifisitas, dapat membedakan berbagai zat asing dan responsnya terutama jika dibutuhkan.

Memori dan amplifikasi, Kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan agen asing tertentu, sehingga berikutnya akan menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri asing , Kemampuan untuk dapat membedakan agen-agen asing, sel-sel tubuh sendiri dan protein. Sistem kekebalan ini merupakan sistem kekebalan pertama dan melengkapi manusia sejak saat dilahirkan.

Pertahanan tubuh terhadap serangan infeksi oleh mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan organ-organ dalam.

Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang sehingga juga dikatakan sebagai imunitas nonspesifik. Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut. Antigen merupakan substansi berupa protein dan polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh antibodi.

Mikroba yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Tubuh seringkali dapat membentuk sistem imun kekebalan dengan sendirinya.

Setelah mempunyai kekebalan, tubuh akan kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya menjangkiti manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T limfosit.

Adapun imunitas spesifik dapat di peroleh melalui pembentukan antibodi. Antibodi merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel darah putih. Tubuh akan merespon ketika tubuh mendapatkan penyakit dengan cara membuat antibodi. Jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik atau berbeda- beda untuk setiap jenis kuman penyakit. Dengan demikian diperlukan antibodi yang berbeda pula untuk jenis kuman yang berbeda. Tubuh memerlukan macam antibodi yang banyak untuk melindungi tubuh dari berbagai macam kuman penyakit.

Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Sistem kekebalan pada makhluk hidup berusaha mencegah terjadinya fokus infeksi, pada saat pembentukan suatu fokus infeksi tidak dapat dicegah, makhluk hidup tersebut dikatakan menderita penyakit yang bersifat kronis. Terdapat hal yang terjadi saat terjadinya infeksi, yaitu :Imunosupresi, adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit. Sebagian besar elemen pertahanan tubuh berada dalam darah dan inflamasi merupakan sarana sel- sel pertahanan tubuh dan molekul pertahanan meninggalkan darah dan memasuki jaringan di sekitar tempat luka atau yang terinfeksi.

Inflamasi pada dasarnya menguntungkan, namun inflamasi berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan. Sistem imun membentuk beberapa lapisan pertahanan tubuh. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata.

Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ. Innate immunity 4. Imunitas spesifik yang didapat. Kedua sel tersebut langsung bisa bekerja dan tidak mengenal spesifikasi. Makrofag akan memfagosit semua macam bakteri jika sel tersebut dapat mengenalinya demikian juga neutrofil akan mengadakan serangan secara langsung tanpa membedakan mikroorganisme yang masuk.

Namun demikian, dalam hal tertentu kedua sel imunokompten ini tidak berhasil mengeliminasi patogen yang masuk bahkan tidak dapat mengenali patogen tersebut. Imunitas innate merupakan langkah awal untuk memulai terjadinya imunitas adaptif. Adanya imunitas innate memberikan keuntungan yang besar bagi tubuh karena pada tahap awal datangnya infeksi sesungguhnya tubuh belum siap dengan sistem pertahanan imunitas adaptif.

Imunitas adaptif pada umumnya bekerja hari setelah terjadinya infeksi. Pada saat imunitas adaptif mulai dipersiapkan maka imunitas innate merupakan satu-satunya sistim pertahanan yang bertanggungjawab untuk mengontrol perkembangan patogen yang masuk.

Satu keuntungan yang sangat besar dari imunitas adaptif adalah adanya perkembangan sel-sel memori. Sel-sel ini merupakan klon spesifik yang dipelihara tetap hidup dalam waktu relatif lama. Jika dalam periode tertentu tubuh terpapar lagi oleh antigen yang sama, maka sel- sel memori akan merespon dengan cepat dengan membentuk sel-sel plama atau efektor untuk mengatasi patogen yang masuk.

Hampir semua agen penginfeksi akan menimbulkan terjadinya inflamasi yang diawali oleh aktifnya imunitas innate. Mikroorganisme seperti bakteri yang berhasil menembus jaringan epitel segera bertemu dengan molekul pertahanan dan juga sel-sel yang berperan pada imunitas innate. Makrofag sebagai sel fagosit mengenali bakteri dengan reseptor yang ada pada permukaan sel.

Reseptor tersebut mengenal konstituen yang ada pada permukaan sel bakteri. Molekul yang berada pada permukaan sel bakteri berikatan dengan reseptor yang ada pada makrofag dan merangsang makrofag untuk memfagosit bakteri tersebut. Makrofag yang teraktifkan mampu mensekresi sitokin. Makrofag yang teraktifkan juga mensekresi protein yang dikenal dengan nama kemokin.

Kemokin mempunyai kemampuan merekrut sel-sel lain yang memiliki reseptor kemokin, seperti neutrofil dan monosit dari sirkulasi darah.

Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen.

Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

Pertahanan Mekanis Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.

Pertahanan Kimiawi Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.

Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam pH sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur saliva , air mata, dan sekresi mukosa mukus mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.

Pertahanan Biologis Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.

Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor nyeri , rubor kemerahan , calor panas , dan tumor bengkak. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih neutrofil dan monosit melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.

Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit neutrofil dan monosit menuju jaringan yang terinfeksi.

Sel-sel fagosit memakan patogen. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit di dalam darah dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag.

Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast mastosit. Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen.

Berikut ini adalah proses fagositosis : 1. Pengenalan recognition , mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.

Pergerakan chemotaxis , pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen. Perlekatan adhesion , partikel melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Penelanan ingestion , membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.

Pencernaan digestion , lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah. Pengeluaran releasing , produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.

Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi.

Sel B dapat dibedakan menjadi : 1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.

Sel T dapat dibedakan menjadi : 1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh.

Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Kompleks imun menjadi besar akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi.

Reaksi presipitasi antara antigen dan antibodi dapat dipakai secara klinis untuk mendeteksi dan mengukur salah satu komponen berikut; - Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis campuran antigen protein dan antibodinya.

Protein digerakkan pada bidang listrik elektroforesis untuk dipisahkan dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap protein membentuk garis presipitin dengan antibodinya.

Metode ini memungkinkan dilakukannya analisi terhadap antigen, antibodi, atau kompleks dalam jumlah yang sangat kecil melalui pengukuran radioaktivasinya bukan melalui cara kimia. Sel B Fungsi sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma non-ploriferasi yang menyintesis dan mensekresi antibodi Sloane, : Setiap reseptor sel B B cell receptor untuk suatu antigen adalah suatu molekul berbentuk Y yang terdiri dari empat rantai polipeptida: dua rantai berat heavy chain yang identik dan dua rantai ringan light chain yang identik, dengan jembatan disulfide yang menautkan rantai-rantai itu.

Rantai ringan dan berat masing-masing memiliki wilayah konstan constant region, C , tempan sekuens asam amino sedikit bervariasi diantara reseptor-reseptor yang terdapat pada sel-sel B yang berbeda Campbell, : Aktivasi dari respons ini biasanya melibatkan sel B dan sel T penolong, serta protein pada permukaan bakteri. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, aktivasi sel B oleh antigen dibantu oleh sitokin yang disekresikan dari sel T penolong yang telah menjumpai antigen yang sama.

Dirangsang oleh antigen sekaligus sitokin, sel B berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi klona sel plasma penyekresi antibodi dan klona sel B ingatan Campbell, : Jalur untuk pemprosesan antigen pada sel B berbeda dengan jalur pada sel-sel penyaji antigen yang lain. Aktivasi sel B menyebabkan respons humoral yang kuat: sebuah sel B yang teraktivasi memunculkan klona dari ribuan sel plasma, masing-masing menyekresi kira-kira 2.

Lebih lanjut, sebagian besar antigen yang dikenali oleh sel B mengandung epitop-epitop ganda. Dengan demikian pemaparan terhadap suatu antigen tunggal normalnya mengaktivasi berbagai sel B, dengan klona-klona sel plasma berbeda yang melawan langsung epitop-epitop berbeda pada antigen yang sama Campbell, : Respon imun primer, berlangsung dengan lambat karena pada awalnya, hanya ada sedikit sel yang memiliki molekul antibodi permukaan atau resptor sel T untuk merespons antigen; b.

Respons sekunder, pada pajanan terhadap antigen yang berikutnya berlangsung lebih cepat dan lebih kuat karena tiruan tambahan dari sel B memori berkembang dan sel T dapat meresponsnya Sloane, : Sel T Fungsi sel T juga menunjukkan spesifitas antigen dan akan berpoliferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.

Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi; b. Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut limkofin. Sebtipe limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit mengatur respon imun Sloane, : Sel sel T, seperti sel B berasal dari sel batang precursor dalam sumsum tulang.

Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel precursor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi, dan mendapatkan kemampuan untuk mengenal diri. Setiap individu memiliki suatu susunan khas tanda protein permukaan sel antigen yang dikodekan oleh gen yang disebut sebagai kompleks histokompatibilitas mayor major histocompatibility complex MHC.

Selama masa kehidupan awal, antigen yang dikodekan MHC sudah tertanam dalam sel T pada kelenjar timus. Dengan demikian, sel T akan mengenali setiap MHC pengkode antigen lain sebagai benda asing. Ini merupakan dasar untuk rejeksi imun terhadap organ yang dicangkok atau ditransplantasi. Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi. Sel T berimigrasi menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe.

Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organism intraseluler Sloane, : Sel T penolong, diaktivasi melalui perjumpaan dengan sel-sel penyaji antigen, sel-sel T penolong memainkan peran sentral dalam meningkatkan respons humoral dan respons diperantarai sel.

Sel T penolong berproliferasi setelah berinteraksi dengan fragmen-fragmen antigen yang ditampilkan oleh sel-sel penyaji antigen biasanya sel-sel dendritik. Klona sel yang dihasilkan berdiferensiasi menjadi sel-sel T penolong yang teraktivasi dan sel-sel T penolong ingatan. Sel-sel T penolong teraktivasi menyekresikan sitokin yang merangsang aktivasi sel-sel B dan sel-sel T sitotoksik di dekatnya. Campbell, : Sel T penolong dan sel penyaji antigen yang menampilkan epitop spesifiknya memiliki interaksi yang kompleks.

Reseptor sel T pada permukaan sel T penolong berikatan ke fragmen antigen yang dipegang oleh molekul MHC kelas II pada sel penyaji antigen. CD4 membantu menjaga agar sel T penolong dan sel penyaji antigen tetap bergabung. Saat kedua sel berinteraksi, sinyal-sinyal dalam bentuk sitokin dipertukarkan di kedua arah Campbell, : Setelah aktivasi oleh makrofag pembawa antigen, sel T pembantu memiliki beberapa fungsi yaitu; - Sel ini diperlukan untuk sintesis antibodi normal; - Saat pengenalan antigen asing, sel T dan sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik; - Beberapa sel T pembantu akan menolong sel T lain untuk merespons antigen Sloane, : Sel-sel T sitoksik adalah sel-sel efektor dalam respons kekebalan diperantarai sel.

Begitu teraktivasi, sel T sitotoksik dapat menghilangkan sel sel tubh yang terkena kanker dan sel tubuh yang terinveksi oleh virus atau patogen intraseluler lainnya. Fragmen protein nondiri yang disintesis dalam sel target semacam itu diasosiasikan dengan molekul MHC kelas I dan ditampilkan di permukaan sel, tempat mereka dapat dikenali oleh sel T sitotoksik Campbell, : Sel T sitotoksik sel T pembunuh mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya Sloane, : Makrofag Secara fagositik menelan zat asing dan melalui kerja enzimatik menguraikan materi yang tertelan untuk diekskresi dan untuk pemakaian ulang.

Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenik; b. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu. Ini merupakan langkah penting dalam aktivasi sel T Sloane, : Jenis Imunitas 1.

Imunitas aktif, didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya sendiri. Imunitas aktif dapatan secara alami, terjadi jika seseorang terpapar suatu penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus. Imunitas aktif dapatan secara buatan terinduksi merupakan hasil vaksinasi. Vaksin dibuat dari patigen yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah diubah. Vaksin ini dapat merangsang respons imun, tetapi tidakmenyebabkan penyakit Sloane, : Imunitas pasif, terjadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke individu lain.

Imunitas pasif alami, terjadi pada janin saat antibodi lgG inu masuk menembus plasenta. Antibodi lgG member perlindungan sementara mingguan sampai bulanan pada sistem imun yang imatur; b. Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu antigen Sloane, : Gangguan dalam Fungsi Sistem Imun Dalam bukunya Campbell : menyatakan, walaupun kekebalan yang diperoleh menawarkan perlindungan terhadap berbagai macam patogen, bukan berarti tipe kekebalan tersebut selalu berhasil.

Hubungan timbale balik yang sangat teregulasi di antara limfosit-limfosit, sel-sel tubuh, dan zat-zat asing membangkitkan respon kekebalan yang member perlindungan luar biasa terhadap banyak patogen.

Ketika kelainan alergi, autoimun, atau imunodefisiensi mengganggu keseimbangan yang rapuh ini, efek-efek yang timbul seringkali parah dan mengancam jiwa. Alergi Alergi adalah respon-respon yang berlebihan hipersensitif terhadap antigen- antigen tertentu yang disebut alergen allergen. Allergen yang paling umum melibatkan antibodi dari kelas IgE. Hay fever, misalnya, terjadi ketika sel-sel plasma menyekresi antibodi IgE yang spesifik terhadap antigen dipermukaan serbuk polen. Beberapa dari antibodi ini melekat dengan menggunakan bagian dasarnya ke sel tiang dalam jaringan ikat.

Belakangan, ketika serbuk polen kembali memasuki tubuh, serbuk polen tersebut melekat ke situs pengikat antigen IgE di permukaan sel tiang. Interaksi dengan serbuk polen yang besar akan menaut-silangkan molekul-moleku IgE yang bersebelahan, sehingga menginduksi sel tiang untuk melepaskan histamine dan agen-agen peradangan yang lain dari granula vesikel , suatu proses yang disebut degranulasi degranulation.

Peubahan-perubahan vaskular semacam itu muncul memunculkan gejala-gejala alergi yang khas: bersin-bersin, mata berair, dan kontraksi otot polos yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Obat-obatan yang disebut antihistamin mengurangi gejala-gejala alergi dan inflamasi dengan memblokir reseptor untuk histamine. Penyakit Autoimun Pada beberapa orang, sistem kekebalan menyerang molekul-molekul tertentu dalam tubuh, menyebabkan penyakit autoimun autoimmune disease.



0コメント

  • 1000 / 1000